Penyebaran berita bohong atau hoax melalui media sosial kian marak terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Berita bohong ini tidak hanya meresahkan masyarakat, namun juga menjadi tantangan besar bagi Indonenesia.
Informasi bohong dari media sosial diadopsi oleh media arus utama tanpa melakukan klarifikasi dan verifikasi terlebih dahulu. Data hasil penelitian Masyarakat Telematika Indonesia mencatat media cetak turut menyumbang penyebaran berita hoax sebesar 5 persen dan televisi sebesar 8,7 persen.
“Kenyataan ini menjadi persoalan yang sangat serius karena sesungguhnya media arus utama harusnya menjadi rujukan,” kata Imam alumnus Ilmu Komunikasi UGM ini.
“Jangan terbawa arus dan ingin berperan seperti media sosial dengan kecepatan tanpa verifikasi. Harus selalu verifikasi terhadap informasi yang diperoleh