Kota Kediri - Ini kabar terbaru terkait rencana
pembangunan bandara di Kediri. Rencananya, proyek yang masuk dalam proyek
strategis nasional (PSN) tersebut bakal menjalani ground breaking Maret tahun
ini.
Ilustrasi Design Bandara Kediri
Informasi tentang waktu ground breaking itu disampaikan oleh
Susanto Widyatmoko, direktur PT Surya Dhoho Investama (SDI). Perusahaan itu
yang melaksanakan pembangunan bandara.
Lokasi rapat di Warung Upnormal Kediri
“Melalui Keppres 56 tahun 2018 bandara Kediri masuk PSN. Kemudian
PT SDI sudah mendaftarkan di dalam OSS (online single submission, Red) dan
mendapatkan NIB (nomor induk berusaha, Red). Serta mendapatkan izin lingkungan
sementara,” terang Susanto dalam diskusi Menyongsong Jalan Tol an Bandara untuk
Masa Depan Transportasi di Kota Kediri di Warung Upnormal kemarin.
Diskusi tersebut digagas oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan
Pengembangan (Barenlitbang) Kota Kediri.
Menurut Susanto, pihaknya intensif mengadakan rapat dengan dirjen
perhubungan udara. Agar segera diterbitkan rencana induk bandara, catatan
bandara nasional, dna rencana dimulainya bandara yang akan bernama Surya Dhoho
Kediri tersebut.
“Rencananya bandara Kediri akan dibangun di bulan maret 2019.
Nanti akan ada kegiatan seremonial,” tambahnya. Hanya, Susanto belum tahu siapa
yang akan hadir saat ground breaking nanti.
Terkait keberadaan bandara itu, Susanto menegaskan bahwa hal itu
bukanlah bisnis baru dari PT Gudang Garam Tbk. Tetapi merupakan wujud
pengabdian mereka pada masyarakat. “Selain itu juga dari dorongan pemerintah
supaya perusahaan swasta ikut berpartisipasi secara aktif di dalam penyediaan
infrastruktur,” tegasnya.
Alasan lainnya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Khususnya di Jawa Timur bagian selatan. Menurutnya pembangunan bandara ini juga
tak lepas dari keberadaan bandara Internasional di Pulau Jawa yang belum
merata. Di Jawa bagian barat sudah ada 4 bandara internasional, Jawa bagian
tengah ada 3, dan Jawa bagian timur masih satu, yaitu Juanda. Soal
infrastruktur, di Jawa bagian timur juga masih ketinggalan dari kawasan Pulau
Jawa yang lain.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan
bahwa kotanya sudah merumuskan langkah kesiapan. “Kami sudah merencanakan
membangun ring road dalam kota, namun ini harus lintas daerah dan lembaga. Yang
telah kami wujudkan adalah pembangunan Jembatan Brawijaya dan ATCS di Dinas
Perhubungan Kota Kediri. Kami juga lakukan revisi RTRW untuk membuat jalan baru
agar kemacetan di daerah Mrican terurai,” jelasnya.
Menurutnya, selama ini pemkot berusaha menampung masukan dari
berbagai pihak terkait perencanaan pembangunan itu. Terutama menghadapi
kehadiran bandara dan jalan tol. Salah satunya adalah dengan diskusi yang
berlangsung kemarin.
“Ini adalah diskusi pertama. Ke depan akan kami intensifkan. Kita
harus bersiap bila nanti bandara telah dibangun bagaimana kita mengatasi 1,5
juta orang dalam setahun yang menggunakan bandara,” jelasnya.
Terkait exit tol dan bandara, Mas Abu menginginkan adanya hal
positif untuk menyejahterakan masyarakat Kota Kediri. “Memang nanti akan ada
kemacetan tapi macet yang bermanfaat bagi Kota Kediri. Mana yang mampu kita
lakukan, itu seperti apa, karena harus kita pilih dan pertimbangkan. Mencari
formulasi yang tepat untuk jangka waktu yang agak panjang,” imbuhnya.
Pakar transportasi dari Universitas Brawijaya Achmad Wicaksono
dalam diskusi itu menyampaikan bahwa sebagai kota terbesar ketiga di Jawa
Timur, sejak dini Kota Kediri harus mempersiapkan. Supaya tidak berdampak
kepada kemacetan lalu lintas setelah adanya jalan tol dan bandara. Menurutnya,
upaya pengadaan ring road (jalur lingkar) harus segera dilakukan.
“Pemkot juga harus mengusulkan kepada Provinsi Jatim untuk
pengembangan masterplan transportasi untuk wilayah Kediri Raya,” ujar lelaki
yang karib disapa Soni ini.
Menurut Soni, untuk proyek jalan tol Kediri-Nganjuk, tahun ini
rencananya akan berlangsung pembebasan lahan. Sedangkan pembangunannya
diperkirakan mulai pada 2021. Rencana awal exit tol akan berada di daerah
Maron, Banyakan. Tidak menutup kemungkinan akan dilanjutkan sebagai akses
menuju bandara.
Terkait kemacetan, Soni memaparkan bahwa di Kediri masih di bawah
Kota Malang. Nah, mumpung belum terlambat seperti di Kota Malang yang saat ini
kemacetannya semakin parah, Kediri Raya harus cepat bergerak. Baik kota
maupun kabupaten harus mempersiapkan diri. Sebab, kehadiran bandara dan tol
akan meningkatkan volume kendaraan hingga 50 persen.
Dalam diskusi itu, hadir pula Wakil Wali Kota Lilik Muhibbah,
Kapolres Kediri Kotai AKBP Anthon Haryadi, Sekretaris Daerah Kota Kediri Budwi
Sunu, Kepala KPW BI Kediri Djoko Raharto, Kepala BPS Kediri Ellyn T. Brahmana,
pakar RTRW ITN Malang Ibnu Sasongko, asisten dan kepala OPD Pemkot Kediri.
Diskusi dimoderatori oleh Plt Kepala Barenlitbang Edi Darmasto.